Saturday 14 November 2015

Best Touring Ever


Berawal dari kamar gila, rusun 1 kamar 301 yang berangotakan bocah-bocah gila dari berbagai penjuru kota senusantara. Diantaranya saya sendiri Rachmadhana Allifa Maulana, sesosok manusia dengan semangat yang membara dalam menjelajahi indahnya bumi nusantara Indonesia, Widya kurniawan dengan wajah unik yang tiada duanya di dunia, salah satu pemain futsal andalan UNIDA ‘Ajyad Jihadi’, ‘Fajar Kharisma’ yang penuh kharismatik, Messi lover ‘Ghulam Hilman’, seorang yang tekun menjalani hidup ‘farid’, dan yang terakhir sang tuan rumah ‘Anwarul Muzayyidin’.
            Awal bulan februari menjadi momen dimana kejenuhan yang sudah tidak dapat dibendung lagi membuat kami berinisiatif untuk melakukan hal yang diluar dari kebiasaan kami sehari-hari, “jalan-jalan yuk…!!!” spontan kalimat yang terucap keluar membuat kami berhenti sejenak merenungi kalimat tersebut. Sekian detik terdiam, hingga akhirnya kesepakatan pun tercipta. “boleh juga tuh di coba…….kayaknya asyik..” . Tanpa berfikir panjang rencana beserta tujuan pun telah ditentukan. 10 Mei 2015 telah ditetapkan atas kesepakatan bersama dengan melihat situasi dan kondisi, serta tebal tipisnya dompet menjadi salah satu faktor kesepakatan bersama.
            Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, para armada beserta tunggangannya telah siap untuk menjelajahi luasnya bumi nusantara. Dengan segala perlengkapan yang telah dipersiapkan, kami pun melangkahkan langkah pertama menuju tujuan tepat pada jarum panjang menunjukkan angka 07 pagi. Dengan hati yang penuh harap akan keindahan yang akan kami jumpai, perjalanan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Hembusan angin, hijaunya pepohonan, dan birunya langit disiang hari menyapa kami dengan damai. Jalur yang kami tempuh melalui jalan Trenggalek yang terkenal dengan tikungannya yang ekstrim, tak kunjung berhenti, kami pun kembali dibuat terpana oleh hijaunya pepadang sawah yang luas di daerah Tulungagung. Tersadar dari keindahan alam Indonesia, ternyata telah tiba waktu untuk segenap umat muslim untuk melaksanakan kewajibannya yaitu shalat jum’at, kami pun singgah sejenak pada perbatasan kota Blitar dengan Malang untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai orang muslim. Sembari menuggu stamina pulih kembali, kami mengisi perut kami yang kosong dengan beberapa bekal yang kami bawa dari kampus demi menghemat pengeluaran biaya dalam perjalanan. Perjalanan pun kami lanjutkan, dengan stamina yang telah pulih kami pun bergegas menuju tujuan pertama kami.
            Setelah kurang lebih 5 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat ekspedisi pertama yaitu Masjid Jin yang terletak di daerah Sananrejo, Turen, Malang Selatan. Masjid yang memiliki lantai yang lebih dari 7 lantai, konon memiliki sejarah yang sukar untuk dipercaya. Menurut sejarah orang setempat, masjid tersebut dibangun oleh jin, dengan lokasi masjid yang terletak jauh masuk dalam kawasan rumah, sempitnya jalan yang harus dilalui untuk masuk kedalam lokasi masjid menyebabkan kecilnya kemungkinan untuk peralatan berat masuk dalam proses pembangunan masjid tersebut. Terlepas daripada kemegahan bangunan kokoh tersebut, masjid Jin itu juga memiliki berbagai seni kaligrafi yang tertera pada setiap sudut tembok masjid. Sungguh tak satu pun aspek yang tidak membuat kami kagum akan keindahan yang dimiliki masjid tersebut. Ternyata selain sebagai tempat peribadahan, di dalam gedung tersebut terdapat tempat penjualan makanan beserta pakaian yang diperuntukkan sebagai oleh-oleh bagi pengunjung yang berhajat membeli. Entah bagaimana masjid tersebut dibangun, apabila Allah telah berkehendak akan sesuatu, maka tercipalah sesuatu itu. Betapa besarnya kuasa Allah SWT.
             Setelah menelusuri berbagai sudut bangunan, tak terasa matahari sudah mulai terbenam, sesuai rencana yang telah disetujui, setelah mengunjungi masjid Jin, kami singgah untuk merenggangkan otot di rumah kakak dari Anwarul yang ternyata bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi masjid. Sesampainya kami di rumah, kami disambut dengan ramah oleh tuan rumah, hidangan pun telah siap untuk di sajikan, salah satu menu favorit kawan-kawan adalah es degan, segarnya air kelapa dengan beberapa isi buah, ditambah dengan dinginnnya es membuat dahaga kami hilang seketika. Mandi malam kemudian membereskan barang-barang untuk persiapan menuju tempat selanjutnya. Sungguh tiada waktu yang terbuang sia-sia untuk menelusuri indahnya kekayaan Indonesia. Tujuan kami berikutnya adalah Stadion Kanjuruhan, Stadion kedua kota Malang.
            Tidak banyak yang kami lakukan di Stadion Kanjuruhan ketika Malam, waktu kami lebih banyak tersita dalam perjalanan dibandingkan dengan di Stadion. Menempuh jarak kurang lebih sejauh 30 kmhanya untuk meminum secangkir kopi. Setelah berkeliling area stadion di malam hari, kami pun bergegas untuk kembali mempersiapkan stamina, karena hari esok merupakan puncak dari perjalanan kami mengarungi indahnya bumi nusantara.
            Untuk malam pertama kami di malang, saudara Anwarul yang lain bersedia manampung kami untuk bermalam di rumahnya.  Tak disangka, kami telah disediakan satu kamar dengan peralatan yang lengkap telah tersedia didalamnya. Televise berukuran besar, PS2 dengan berbagai kaset gamenya, serta kasur empuk. Bagi beberapa dari kami yang suka dengan gaming, bermain PS2 untuk menghilangkan penat akan jauhnya perjalanan menjadi pilihan utama. Malam yang panjang pun berlalu, pagi yang cerah menyambut kami dengan sinarnya yang kaya akan manfaat.
            Hari yang dinanti pun telah tiba, hari dimana kami akan memandang dengan mata kepala kami sendiri betapa indahnya alam Indonesia. Pulau Sempu lah tujuan kami, Pulau yang dimana memiliki “Segara Anak an” begitulah orang jawa menyebutnya. Perjalanan jauh pun dimulai, rute yang kami ambil berkisar 40 km dari tempat kami singgah, setelah sekian lama kami berkendara, akhirnya kami sampai pada tujuan yaitu di pantai Sendang Biru, sekilas pantai tersebut terlihat biasa seperti pantai-pantai yang lainnya. Sebelum kami menuju pulau yang ada di seberang pulau, kami menyiapkan segala persiapan untuk melewati rintangan yang ada, sepatu karet berkualitas baja, dua botol air putih berukuran besar, serta fisik yang cukup memumpuni, perjalanan pun dimulai, untuk sampai ke pulau sempu, kami harus menyewa kapal para nelayan setempat dengan tarif Rp.130.000 untuk ongkos pulang pergi. Sesampainya di pulau, pedakian bukit yang dipenuhi batu karang dan puhon bakau, sekitar dua jam pendakian yang melelahkan, hingga akhirnya kami pun sampai, “Allahuakbar, Subhanallah……. Kerennn Bangeettt….”, kata-kata itulah yang sepintas terucap, tidak tahu bagaimana menggambarkan keindahan alam yang ada didepan kami, sesampainya kami di sana, kami pun langsung menceburkan badan kami kedalam air, “pantai yang berada di dalam pulau”, betapa kuasanya Allah sang pencipta alam, air yang menggenang di dalam pulau hingga membentuk sebuah pantai kesil ternyata berasal dari ujung pulau yang berbatasan langsung dengan laut lepas, terdapat lubang untuk masuknya air dari luar pulau, air yang berbenturan dengan batu karang yang membuat aura pulau itu serasa berbada.
            Ternyata perjalanan kami tidak sia-sia, dari sekian perjalanan yang kami tempuh, dari sekian tempat yang kami kunjungi, kami mendapat pelajaran bahwa kita harus selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita. Kita dapat melihat keindahan alam yang Allah berikan merupakan sebuah nikmat yang tiada harganya. Kita masih diberi kesempatan untuk bernafas, untuk mengirup udara segar, dan lain sebagainnya. Terkadang kita lupa akan hal tersebut, kita menganggap hal tersebut remeh, menganggap hal tersebut biasa-biasa saja, karena kita terbiasa melakukannya. Terlepas dari pada itu, Indonesia itu luas, Indonesia itu indah, Indonesia itu menakjubkan, jadi luangkan waktumu untuk menikmati keindahan Indonesia kita ini.

           
 

No comments:

Post a Comment