Berawal dari kamar
gila, rusun 1 kamar 301 yang berangotakan bocah-bocah gila dari berbagai
penjuru kota senusantara. Diantaranya saya sendiri Rachmadhana Allifa Maulana,
sesosok manusia dengan semangat yang membara dalam menjelajahi indahnya bumi nusantara
Indonesia, Widya kurniawan dengan wajah unik yang tiada duanya di dunia, salah
satu pemain futsal andalan UNIDA ‘Ajyad Jihadi’, ‘Fajar Kharisma’ yang penuh
kharismatik, Messi lover ‘Ghulam Hilman’, seorang yang tekun menjalani hidup
‘farid’, dan yang terakhir sang tuan rumah ‘Anwarul Muzayyidin’.
Awal
bulan februari menjadi momen dimana kejenuhan yang sudah tidak dapat dibendung
lagi membuat kami berinisiatif untuk melakukan hal yang diluar dari kebiasaan
kami sehari-hari, “jalan-jalan yuk…!!!” spontan kalimat yang terucap keluar
membuat kami berhenti sejenak merenungi kalimat tersebut. Sekian detik terdiam,
hingga akhirnya kesepakatan pun tercipta. “boleh juga tuh di coba…….kayaknya
asyik..” . Tanpa berfikir panjang rencana beserta tujuan pun telah ditentukan.
10 Mei 2015 telah ditetapkan atas kesepakatan bersama dengan melihat situasi
dan kondisi, serta tebal tipisnya dompet menjadi salah satu faktor kesepakatan
bersama.
Hari
yang ditunggu-tunggu telah tiba, para armada beserta tunggangannya telah siap
untuk menjelajahi luasnya bumi nusantara. Dengan segala perlengkapan yang telah
dipersiapkan, kami pun melangkahkan langkah pertama menuju tujuan tepat pada
jarum panjang menunjukkan angka 07 pagi. Dengan hati yang penuh harap akan
keindahan yang akan kami jumpai, perjalanan berjalan lancar sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Hembusan angin, hijaunya pepohonan, dan birunya langit
disiang hari menyapa kami dengan damai. Jalur yang kami tempuh melalui jalan
Trenggalek yang terkenal dengan tikungannya yang ekstrim, tak kunjung berhenti,
kami pun kembali dibuat terpana oleh hijaunya pepadang sawah yang luas di
daerah Tulungagung. Tersadar dari keindahan alam Indonesia, ternyata telah tiba
waktu untuk segenap umat muslim untuk melaksanakan kewajibannya yaitu shalat
jum’at, kami pun singgah sejenak pada perbatasan kota Blitar dengan Malang
untuk melaksanakan kewajiban kami sebagai orang muslim. Sembari menuggu stamina
pulih kembali, kami mengisi perut kami yang kosong dengan beberapa bekal yang
kami bawa dari kampus demi menghemat pengeluaran biaya dalam perjalanan.
Perjalanan pun kami lanjutkan, dengan stamina yang telah pulih kami pun
bergegas menuju tujuan pertama kami.
Setelah
kurang lebih 5 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat ekspedisi pertama
yaitu Masjid Jin yang terletak di daerah Sananrejo, Turen, Malang Selatan.
Masjid yang memiliki lantai yang lebih dari 7 lantai, konon memiliki sejarah
yang sukar untuk dipercaya. Menurut sejarah orang setempat, masjid tersebut
dibangun oleh jin, dengan lokasi masjid yang terletak jauh masuk dalam kawasan
rumah, sempitnya jalan yang harus dilalui untuk masuk kedalam lokasi masjid
menyebabkan kecilnya kemungkinan untuk peralatan berat masuk dalam proses
pembangunan masjid tersebut. Terlepas daripada kemegahan bangunan kokoh
tersebut, masjid Jin itu juga memiliki berbagai seni kaligrafi yang tertera
pada setiap sudut tembok masjid. Sungguh tak satu pun aspek yang tidak membuat
kami kagum akan keindahan yang dimiliki masjid tersebut. Ternyata selain sebagai
tempat peribadahan, di dalam gedung tersebut terdapat tempat penjualan makanan
beserta pakaian yang diperuntukkan sebagai oleh-oleh bagi pengunjung yang
berhajat membeli. Entah bagaimana masjid tersebut dibangun, apabila Allah telah
berkehendak akan sesuatu, maka tercipalah sesuatu itu. Betapa besarnya kuasa
Allah SWT.
Setelah menelusuri berbagai sudut bangunan,
tak terasa matahari sudah mulai terbenam, sesuai rencana yang telah disetujui,
setelah mengunjungi masjid Jin, kami singgah untuk merenggangkan otot di rumah
kakak dari Anwarul yang ternyata bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi
masjid. Sesampainya kami di rumah, kami disambut dengan ramah oleh tuan rumah,
hidangan pun telah siap untuk di sajikan, salah satu menu favorit kawan-kawan
adalah es degan, segarnya air kelapa dengan beberapa isi buah, ditambah dengan
dinginnnya es membuat dahaga kami hilang seketika. Mandi malam kemudian
membereskan barang-barang untuk persiapan menuju tempat selanjutnya. Sungguh
tiada waktu yang terbuang sia-sia untuk menelusuri indahnya kekayaan Indonesia.
Tujuan kami berikutnya adalah Stadion Kanjuruhan, Stadion kedua kota Malang.
Tidak
banyak yang kami lakukan di Stadion Kanjuruhan ketika Malam, waktu kami lebih
banyak tersita dalam perjalanan dibandingkan dengan di Stadion. Menempuh jarak
kurang lebih sejauh 30 kmhanya untuk meminum secangkir kopi. Setelah
berkeliling area stadion di malam hari, kami pun bergegas untuk kembali
mempersiapkan stamina, karena hari esok merupakan puncak dari perjalanan kami
mengarungi indahnya bumi nusantara.
Untuk
malam pertama kami di malang, saudara Anwarul yang lain bersedia manampung kami
untuk bermalam di rumahnya. Tak
disangka, kami telah disediakan satu kamar dengan peralatan yang lengkap telah
tersedia didalamnya. Televise berukuran besar, PS2 dengan berbagai kaset
gamenya, serta kasur empuk. Bagi beberapa dari kami yang suka dengan gaming,
bermain PS2 untuk menghilangkan penat akan jauhnya perjalanan menjadi pilihan
utama. Malam yang panjang pun berlalu, pagi yang cerah menyambut kami dengan
sinarnya yang kaya akan manfaat.
Hari
yang dinanti pun telah tiba, hari dimana kami akan memandang dengan mata kepala
kami sendiri betapa indahnya alam Indonesia. Pulau Sempu lah tujuan kami, Pulau
yang dimana memiliki “Segara Anak an” begitulah orang jawa menyebutnya.
Perjalanan jauh pun dimulai, rute yang kami ambil berkisar 40 km dari tempat
kami singgah, setelah sekian lama kami berkendara, akhirnya kami sampai pada
tujuan yaitu di pantai Sendang Biru, sekilas pantai tersebut terlihat biasa
seperti pantai-pantai yang lainnya. Sebelum kami menuju pulau yang ada di
seberang pulau, kami menyiapkan segala persiapan untuk melewati rintangan yang
ada, sepatu karet berkualitas baja, dua botol air putih berukuran besar, serta
fisik yang cukup memumpuni, perjalanan pun dimulai, untuk sampai ke pulau
sempu, kami harus menyewa kapal para nelayan setempat dengan tarif Rp.130.000
untuk ongkos pulang pergi. Sesampainya di pulau, pedakian bukit yang dipenuhi
batu karang dan puhon bakau, sekitar dua jam pendakian yang melelahkan, hingga
akhirnya kami pun sampai, “Allahuakbar, Subhanallah……. Kerennn Bangeettt….”,
kata-kata itulah yang sepintas terucap, tidak tahu bagaimana menggambarkan
keindahan alam yang ada didepan kami, sesampainya kami di sana, kami pun
langsung menceburkan badan kami kedalam air, “pantai yang berada di dalam
pulau”, betapa kuasanya Allah sang pencipta alam, air yang menggenang di dalam
pulau hingga membentuk sebuah pantai kesil ternyata berasal dari ujung pulau
yang berbatasan langsung dengan laut lepas, terdapat lubang untuk masuknya air
dari luar pulau, air yang berbenturan dengan batu karang yang membuat aura
pulau itu serasa berbada.
Ternyata
perjalanan kami tidak sia-sia, dari sekian perjalanan yang kami tempuh, dari
sekian tempat yang kami kunjungi, kami mendapat pelajaran bahwa kita harus
selalu bersyukur atas apa yang Allah berikan kepada kita. Kita dapat melihat
keindahan alam yang Allah berikan merupakan sebuah nikmat yang tiada harganya.
Kita masih diberi kesempatan untuk bernafas, untuk mengirup udara segar, dan
lain sebagainnya. Terkadang kita lupa akan hal tersebut, kita menganggap hal
tersebut remeh, menganggap hal tersebut biasa-biasa saja, karena kita terbiasa
melakukannya. Terlepas dari pada itu, Indonesia itu luas, Indonesia itu indah,
Indonesia itu menakjubkan, jadi luangkan waktumu untuk menikmati keindahan
Indonesia kita ini.
No comments:
Post a Comment