Berpolitik di dunia Pariwisata
Dunia internasional pada abad ke 20,
kebutuhan manusia akan perjalanan melewati batas-batas negara semakin
meningkat, dalam hal ini, terdapat beberapa kepentingan yang memicu peningkatan
arus perjalanan tersebut, diantaranya;
kepentingan dalam bidang bisnis, belajar ke luar negeri, pariwisata,
serta warga negara yang mengungsi ke negara lain akibat keributan politik di
negara asalnya. Sehingga, aktor yang berperan dalam ranah internasional
bukanlah hanya Negara, melainkan aktor-aktor swasta juga menunjukkan
kontribusinya di dunia internasional.
Data rekapitulasi jumlah penduduk dunia yang
bepergian ke luar negeri pada tahun 2014:
Tahun jumlah(orang)
1. 2010 949
juta
2. 2011 997
juta
3. 2012 1038
juta
4. 2013 1087
juta
5. 2014 1135
juta
Sumber: World Tourism Organization (2015), UNWTO
Annual Report 2014, UNWTO, Madrid.
Data diatas menunjukkan bahwa
meningkatnya jumlah penduduk dunia yang bepergian keluar negeri, kesimpulan
yang diambil dari data diatas bahwa peningkatan jumlah penduduk yang bepergian pada
tahun 2014 meningkat hingga 4,4%, mencapai jumlah 48 juta jiwa lebih banyak
dari tahun 2013.
Banyaknya penduduk yang bepergian ke
luar negeri, membuat perubahan yang signifikan pada pemasukan setiap devisa
negara yang bersangkutan. Dengan total keseluruhan penduduk yang bepergian ke
luar berjumlah 1.135 juta jiwa, yang menuju wilayah eropa sebanyak 51%, wilayah
Asia Pasifik 23%, wilayah Amerika 16%, wilayah Afrika 5%, dan terakhir wilayah
Timur Tengah 4%, dari jumlah para pelancong yang menuju ke setiap wilayah,
masing-masing wilayah mendapatkan sekian persen keuntungan dari belanja para
pelancong internasional tersebut. Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari
perdagangan jasa, dengan demikian pariwisata memberikan pengaruh besar pada
sektor ekspor dalam hal perolehan devisa.
Beberapa faktor yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pariwisata yang mencangkup perdagangan jasa
diantaranya jasa transportasi lintas negara (udara, darat, laut),
penginapan-penginapan yang terdiri dari hotel-hotel berbintang, tempat-tempat
bersejarah, pada kawasan asia, panas matahari yang menyengat membuat
ketertarikan tersendiri bagi wisatawan berkulit putih untuk mencoklatkan kulit.
Melihat perbandingan jumlah wisatawan
yang berkunjung ke Indonesia antara tahun 2014 dengan 2015 mengalami kenaikan,
pada November 2015 sejumlah 777,5 ribu kunjungan, sedangkan pada November 2014
sejumlah 764,5 kunjungan, kunjungan dapat dikatakan naik 1,70%. Secara
keseluruhan, pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2015, jumlah
kunjungan wisatawan mencapai 8,80 juta kunjungan, naik sebanyak 3,23%
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya berjumlah 8,52 juta
pengunjung. Kemudian dari segi tempat tinggal, atau dapat dikatakan juga dari
perhotelan, jmlah pengunjung asing yang singgah di hotel berbintang pada 27
provinsi seluruh Indonesia mencapai rata-rata 56,08%, naik sebesar 1,63%
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Setelah melihat dari segi kenaikan
jumlah para “pemotong garis perbatasan antarnegara”, berlanjut pada sudut
pandang politik tentang laju perkembangan pariwisata dalam dunia internasional.
Dalam studi hubungan internasional dikatakan bahwa hubungan yang bermakna bukan
hanya hubungan yang terjadi antara negara, melainkan juga melibatkan aktor-aktor
swasta, diantaranya lembaga-lembaga swadaya masyarakat, perusahaan-perusahaan
multinasional, individu (hubungan transnasional), kemudian ekonomi politik
internasional yang menekankan bahwa pemahaman yang lengkap mengenai hubungan
internasional mengharuskan kita untuk melihat fenomena domestik internasional
dan ekonomi politik dari satu prospektif (Mas’oed, 2014:207). Yang menjadi pertanyaan
dalam industri pariwisata adalah “siapakah aktor yang berperan penting dalam
permasalahan ini?”, Mohtar Mas’oed menerangkan dalam bukunya yang berjudul
“Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan” bahwasanya tidak ada aktor
tetap yang memegang kendali penuh dalam pengelolaan industry pariwisata ini,
melainkan terdapat beberapa aktor yang langsung bersinggungan dengan dunia
pariwisata, beberapa diantaranya adalah; perusahaan penerbangan, jaringan
perhotelan, operator wisata, perusahaan persewaan mobil, operator kapal wisata,
dan berbagai perusahaan lainnya yang bersinggungan dengan dunia pariwisata.
Para perusahaan-perusahaan besar dunia
yang memiliki modal lebih besar dapat mendominasi laju industri pariwisata
dengan menyediakan segala jenis kebutuhan yang diperlukan oleh para wisatawan,
misalnya PT Garuda Indonesia selain berkecimpung dalam jasa penerbangan, PT
Garuda Indonesia juga memiliki cabang yang menangani jasa tempat tinggal yang
berada di berbagai penjuru dunia, dan sebagian besar wisatawan memesan satu
paket berlibur yang di sediakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga
pemasukan devisa yang seharusnya didominasi oleh negara tujuan wisatawan tidak
benar benar terealisasi. Selain dari pada itu, sebagai contoh hotel-hotel
berbintang yang terdapat di Indonesia, dibangun dengan material yang serba
impor dari negara penghasil material yang berstandar internasional, alat-alat
elektronik diambil dari Jepang, kemudian segala jenis buah-buahan mengimpor
dari Australia demi kualitas buah yang memenuhi standar, hal inilah yang
menyebabkan pendapatan devisa untuk negara gagal diperoleh dengan maksimal, melainkan
kembali ke negara asalnya.
Dalam poltik juga terlihat pada
industri-industri internasional yang menangani masalah pariwisata. Misalnya,
yang terjadi pada pemerintah Spanyol yang diperintah oleh IFTO (International
Federation of Tour Operators) agar membatalkan upaya pribumisasi oprator
wisata, hal inilah yang membuat industri pariwisata berbeda dari pada
industri-industri lainnya, dalam industri lain, tidak ada yang mampu memaksa
negara tuan rumah untuk memaksa kebijakan yang dibilang lebih menguntungkan
sepihak.
Secara keseluruhan, sistematika yang
digunakan dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan seluruh kekuasaan yang
dimiliki setiap perusahaan untuk mengambil untung sebanyak-banyaknya, sebagai
contoh bahwa sebuah perusahaan penerbangan membuat berbagai sarana dalam
menarik peminat wisatawan dengan memberikan berbagai pilihan sesuai dengan
kebutuhan, sebagian besar wisatawan lebih terarah kepada pilihan mereka
diantara berbagai produk yang disediakan oleh perusahaan, dan produk-produk
yang disediakan adalah milik perusahaan itu sendiri, dengan kata lain,
perusahaan melakukan investasi sendiri dalam perhotelan, membangun penerbangan
center, dan lain sebagainya.
Pokok permasalahan negara tuan rumah
adalah bagaimana untuk mengelola dan menjaga devisa yang dihasilkan oleh
kawasan wisata yang ada agar tidak kembali kepada negara asal. Sehingga
keuntungan yang dihasilkan dapat dimaksimalkan untuk kebutuhan negara tuan
rumah.
Daftar Pustaka
Literatur:
Mas’oed, Mohtar. 2014. Ekonomi-Politik Internasional
dan Pengambangan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Non literature:
2015. UNWTO. World Tourism Organization (2015),
UNWTO Annual Report 2014, UNWTO, Madrid.
“Wisatawan
Mancanegara November 2015 capai 777,5 Ribu, Naik 1,70% dari November 2014” http://www.bps.go.id/index.php diakses pada 29/1/2016, 11.30 AM.
No comments:
Post a Comment