Sunday 13 March 2016

Ekonomi Politik Pariwisata


Berpolitik di dunia Pariwisata

Dunia internasional pada abad ke 20, kebutuhan manusia akan perjalanan melewati batas-batas negara semakin meningkat, dalam hal ini, terdapat beberapa kepentingan yang memicu peningkatan arus perjalanan tersebut, diantaranya;  kepentingan dalam bidang bisnis, belajar ke luar negeri, pariwisata, serta warga negara yang mengungsi ke negara lain akibat keributan politik di negara asalnya. Sehingga, aktor yang berperan dalam ranah internasional bukanlah hanya Negara, melainkan aktor-aktor swasta juga menunjukkan kontribusinya di dunia internasional.
           
Data rekapitulasi jumlah penduduk dunia yang bepergian ke luar negeri pada tahun 2014:

            Tahun                                                  jumlah(orang)

1.      2010                                                    949 juta
2.      2011                                                    997 juta
3.      2012                                                    1038 juta
4.      2013                                                    1087 juta
5.      2014                                                    1135 juta
Sumber: World Tourism Organization (2015), UNWTO Annual Report 2014, UNWTO, Madrid.

Data diatas menunjukkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk dunia yang bepergian keluar negeri, kesimpulan yang diambil dari data diatas bahwa peningkatan jumlah penduduk yang bepergian pada tahun 2014 meningkat hingga 4,4%, mencapai jumlah 48 juta jiwa lebih banyak dari tahun 2013.
Banyaknya penduduk yang bepergian ke luar negeri, membuat perubahan yang signifikan pada pemasukan setiap devisa negara yang bersangkutan. Dengan total keseluruhan penduduk yang bepergian ke luar berjumlah 1.135 juta jiwa, yang menuju wilayah eropa sebanyak 51%, wilayah Asia Pasifik 23%, wilayah Amerika 16%, wilayah Afrika 5%, dan terakhir wilayah Timur Tengah 4%, dari jumlah para pelancong yang menuju ke setiap wilayah, masing-masing wilayah mendapatkan sekian persen keuntungan dari belanja para pelancong internasional tersebut. Kegiatan pariwisata tidak terlepas dari perdagangan jasa, dengan demikian pariwisata memberikan pengaruh besar pada sektor ekspor dalam hal perolehan devisa.
Beberapa faktor yang berhubungan langsung dengan kegiatan pariwisata yang mencangkup perdagangan jasa diantaranya jasa transportasi lintas negara (udara, darat, laut), penginapan-penginapan yang terdiri dari hotel-hotel berbintang, tempat-tempat bersejarah, pada kawasan asia, panas matahari yang menyengat membuat ketertarikan tersendiri bagi wisatawan berkulit putih untuk mencoklatkan kulit.
Melihat perbandingan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia antara tahun 2014 dengan 2015 mengalami kenaikan, pada November 2015 sejumlah 777,5 ribu kunjungan, sedangkan pada November 2014 sejumlah 764,5 kunjungan, kunjungan dapat dikatakan naik 1,70%. Secara keseluruhan, pada bulan Januari sampai dengan bulan Desember 2015, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 8,80 juta kunjungan, naik sebanyak 3,23% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang hanya berjumlah 8,52 juta pengunjung. Kemudian dari segi tempat tinggal, atau dapat dikatakan juga dari perhotelan, jmlah pengunjung asing yang singgah di hotel berbintang pada 27 provinsi seluruh Indonesia mencapai rata-rata 56,08%, naik sebesar 1,63% dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Setelah melihat dari segi kenaikan jumlah para “pemotong garis perbatasan antarnegara”, berlanjut pada sudut pandang politik tentang laju perkembangan pariwisata dalam dunia internasional. Dalam studi hubungan internasional dikatakan bahwa hubungan yang bermakna bukan hanya hubungan yang terjadi antara negara, melainkan juga melibatkan aktor-aktor swasta, diantaranya lembaga-lembaga swadaya masyarakat, perusahaan-perusahaan multinasional, individu (hubungan transnasional), kemudian ekonomi politik internasional yang menekankan bahwa pemahaman yang lengkap mengenai hubungan internasional mengharuskan kita untuk melihat fenomena domestik internasional dan ekonomi politik dari satu prospektif (Mas’oed, 2014:207). Yang menjadi pertanyaan dalam industri pariwisata adalah “siapakah aktor yang berperan penting dalam permasalahan ini?”, Mohtar Mas’oed menerangkan dalam bukunya yang berjudul “Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan” bahwasanya tidak ada aktor tetap yang memegang kendali penuh dalam pengelolaan industry pariwisata ini, melainkan terdapat beberapa aktor yang langsung bersinggungan dengan dunia pariwisata, beberapa diantaranya adalah; perusahaan penerbangan, jaringan perhotelan, operator wisata, perusahaan persewaan mobil, operator kapal wisata, dan berbagai perusahaan lainnya yang bersinggungan dengan dunia pariwisata.
Para perusahaan-perusahaan besar dunia yang memiliki modal lebih besar dapat mendominasi laju industri pariwisata dengan menyediakan segala jenis kebutuhan yang diperlukan oleh para wisatawan, misalnya PT Garuda Indonesia selain berkecimpung dalam jasa penerbangan, PT Garuda Indonesia juga memiliki cabang yang menangani jasa tempat tinggal yang berada di berbagai penjuru dunia, dan sebagian besar wisatawan memesan satu paket berlibur yang di sediakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga pemasukan devisa yang seharusnya didominasi oleh negara tujuan wisatawan tidak benar benar terealisasi. Selain dari pada itu, sebagai contoh hotel-hotel berbintang yang terdapat di Indonesia, dibangun dengan material yang serba impor dari negara penghasil material yang berstandar internasional, alat-alat elektronik diambil dari Jepang, kemudian segala jenis buah-buahan mengimpor dari Australia demi kualitas buah yang memenuhi standar, hal inilah yang menyebabkan pendapatan devisa untuk negara gagal diperoleh dengan maksimal, melainkan kembali ke negara asalnya.
Dalam poltik juga terlihat pada industri-industri internasional yang menangani masalah pariwisata. Misalnya, yang terjadi pada pemerintah Spanyol yang diperintah oleh IFTO (International Federation of Tour Operators) agar membatalkan upaya pribumisasi oprator wisata, hal inilah yang membuat industri pariwisata berbeda dari pada industri-industri lainnya, dalam industri lain, tidak ada yang mampu memaksa negara tuan rumah untuk memaksa kebijakan yang dibilang lebih menguntungkan sepihak.
Secara keseluruhan, sistematika yang digunakan dalam hal ini adalah dengan memanfaatkan seluruh kekuasaan yang dimiliki setiap perusahaan untuk mengambil untung sebanyak-banyaknya, sebagai contoh bahwa sebuah perusahaan penerbangan membuat berbagai sarana dalam menarik peminat wisatawan dengan memberikan berbagai pilihan sesuai dengan kebutuhan, sebagian besar wisatawan lebih terarah kepada pilihan mereka diantara berbagai produk yang disediakan oleh perusahaan, dan produk-produk yang disediakan adalah milik perusahaan itu sendiri, dengan kata lain, perusahaan melakukan investasi sendiri dalam perhotelan, membangun penerbangan center, dan lain sebagainya.
Pokok permasalahan negara tuan rumah adalah bagaimana untuk mengelola dan menjaga devisa yang dihasilkan oleh kawasan wisata yang ada agar tidak kembali kepada negara asal. Sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat dimaksimalkan untuk kebutuhan negara tuan rumah.



Daftar Pustaka

Literatur:

Mas’oed, Mohtar. 2014. Ekonomi-Politik Internasional dan Pengambangan. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.


Non literature:

2015. UNWTO. World Tourism Organization (2015), UNWTO Annual Report 2014, UNWTO, Madrid.

“Wisatawan Mancanegara November 2015 capai 777,5 Ribu, Naik 1,70% dari November 2014” http://www.bps.go.id/index.php  diakses pada 29/1/2016, 11.30 AM.



No comments:

Post a Comment